IKLASKAH KITA MELAKUKAN IBADAHNYA DAN SEGALA PERINTAHNYA DAN SEGALA SURUHANNYA
MARI KITA MENYIMAK BERSAMA
Bismillah....Bukan pahala di kejarkan di setiap ibadahnya yang wajib dilaksanakan..selain puasa dan lain-lainnya (membutuhkan)kena laksanakan tanpa alasan, kalau nak pahala berbuatlah segala kebajikan kebaikan(ibadah yang tak di lakukan tak dapat dosa jika niat betul iklas nak buat baik dapatlah ape yang dikatakan imbalannya iaitu pahala) di jalan Allah melakukan kebaikan kepada smua makhluk ciptaannya dengan iklas di hati tanpa keluar pkataan aku iklas di mulut sahaja tidak dihati juga di kira kat akhirat, tmsuk bebuat baik kepada tumbuhan haiwan dan segala di muka bumi ini dengan tidak merosakan ciptaannya maka berbuat baik di balas baik(pahala)berbuat kejahatan(buat baik niat tak betul)di balas(dosa) Oleh demikian iklaskah kita beribadah iaitu melaksanakan solat,puasa zakat dll? (ibadah wajib)dengan pecipta jika memikirkan (imbalan atau pahala semata)dan yakinkah apa yang dikerjakn itu betul dan yakinkah solat dan segala ibadahnya itu betul yakin dan khusyuk kah kita ini semasa di dalam mengerjakan solat? Dan yakinkah ibadah kita di terima atau di tolak bagaimana?ibadah yang wajib itu adalah perintahnya yang wajib kena buat(tak buat ibadah wajib dapat dosa dan kalau buat dapat kerahmatannya di dunia hingga ke akhirat)dengan niat melakukan kerana takut akan kemurkaan Allah akan perintahnya jika tak di laksanakan)tetapi rata-rata kita semua ini tersalah pegertian hanya fokus melakukan bukan kerana perintahnya tetapi kerana imbalan pahala sahaja(BELUM TENTU IBADAH KITA DITERIMA KERANA SEGALA KENIATAN BACAAN DAN KENA CUKUPKAN 5 WAKTU SEHARI SEMALAM,SOLAT KITA BELUM TENTU SEMPURNA,SOLAT KENA PAHAM MAKNA BACAAN,PERLUKAH KITA MENGHARAP PAHALA IBADAH INI UNTUK KESYURGANYA JIKA MELAKUKAN BUKAN KERANA ALLAH TETAPI KERANA PAHALANYA IMBALAN MENGERJAKAN)MARI LAH PERBETULKAN KENIATAN MEGERJAKAN IBADAHNYA KERANA WAJIB MELAKUKAN IBADAHNYA KERANA ALLAH TAALA! justeru itu tanpa lagsung mahu mengerjakan suruhannya iaitu pahala dari kebajikan kita kepada alam semesta dan kpada manusia tumbuhan dan haiwan(buat baik di balas baik(pahala) dan buat jahat di balas jahat(dosa) 🔜 #PAHALA DARI PERBUATAN BAIK INI LAH YANG PATUT KITA HARAPKAN DAN KUMPULKAN SEBANYAK MUNGKIN UNTUK BEKALAN DARI DUNIA SEMENTARA DAN AKHIRAT YANG NYATA#🔚. sedangkan bacaan di dalam solat dan bacaan alquran juga di nilai sebutannya yakin kita itu mendapat sepenuh pahalanya?Nak Allah dengan Allah,solat itu kita nak jumpa Allah,nak (syurga Allah) kena dengan Allah ..maka berbuatlah ibadahnya dengan niat wajib(membutuhkan)pasti tiada kemalasan untuk meninggalkan ibadah wajib itu adalah perintahnya,suruhanya berbuatlah hanya kebaikan(imbalan pahala yang nak di bawa ke alam akhirat kalau dilakukan dan sebaliknya tak nak melakukan tak berdosa tetapi mungkin akan merugikan diri sendiri sedangkan kita semua ini manusia biasa tidak terkecuali berbuat dosa dan pendosa)segala timbangan amalan dosa pahala akan di tolak ditambah...yakinkah dan cukupkah pahala kita buat di dunia ini yang nak kita bawa kesana?hanya mengharapkan pahala dari solat dan puasa sahaja sudah mencukupi? terpikirkah kita hanya bekalan pahala dari ibadah yg diperintahkan sahaja yang di ambil kirakan?BELUM TENTU KITA DAPAT PAHALA SEPENUHNYA..bagaimana apapun mintalah kepada sang maha agung untuk memberikan laluan dan di bukakan jalan-jalannya untuk kita ke arah kebaikan dan tidak kita tersesat di jalannya kerana tiap kebaikan yang nak di lakukan pasti ada halangan dari syaitan dan iblis menyesatkan, berdoaalah supaya kita kuat untuk menepis dengan kuat (BEZIKIR)dan berdoa pada Allah di lindungi dari ikutannya...janji syaitan dan iblis pada Allah akan menggangu anak cucu adam ke arah kesesatan...maka jangan terlalu menyalahkan syaitan dan iblis hingga menjerumuskan kita ke lembah durjanaan...itu kerja dia janji dia pada Allah...maka janji kita dan Kerja kita pada Allah itu kita yang patut laksanakan..
Riya' dalam Ayat Al-qur'an dan Hadits
RIYA
1. Ayat Al-Qur’an Tentang Riya’
A. Qs An-Nisa’ : 142
Artinya : Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (Q.s An-Nahl : 142)
Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.
B. Qs Al-Kaahfi : 110
Artinya : Katakanlah_ Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (q.s. Al-kahfi : 110)
Penjelasan : Masalah yang penting sekali, yaitu : pernyataan bahwa amal shalih apabila dicampuri dengan sesuatu yang bukan karena Allah, maka tidak akan diterima oleh Allah Tabaroka wata’ala.
Hal itu disebabkan karena Allah Subhanahu wata’ala adalah sembahan yang sangat menolak perbuatan syirik karena sifat ke Maha cukupanNya. Sebab yang lain adalah karena Allah Subhanahu wata’ala adalah sekutu yang terbaik.
C. Qs Al-Maa’un : 4-7
Artinya : Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
Penjelasan : Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat.
D. Qs Al-Baqarah : 264
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Penjelasan : Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.
E. Qs Ali Imran : 135
Artinya : Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Penjelasan : Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.
2. Hadits Tentang Riya
a. Niat
عَنْ اَمِيْرِ اْلمُؤْمِنِيْنَ اَبِى حَفْصٍ عُمَرَبْنِ اْلخَطَابِ بْنِ نُفِيْلِ بْنِ عَبْدِ اْلعُزى بْنِ رِيَاحِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ قُرْطِ بْنِ رَزَاحٍ بْنِ كَعْبِ بْنِ لُؤَيِ بْنِ غَالِبِ اْلقُرَيْشِيِ اْلعَدَوِيِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَل اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ يَقُوْلُ اِنمَا
اْلَاعْمَلُ بِا النِيَاتِ وَاِنمَا لِكُلِ امْرِئٍ مَانَوَى وَمَنْ كَانَتْ
“Dari Amir al-Mukminin,Abu Hafs Umar bin Khattab r.a bin Nufail bin Abd al-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Riyah bin Adi Ka’ab bin luay bin Ghalib al-Quraiys al-Adawi berkata,”Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya sahnya amal itu tergantung dengan niat. Setiap orang akan memperoleh dari apa yang diniatkannya. Jika seseorang itu hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya tersebut diterima oleh Allah dan Rasul. Namun, jika hijrahnya itu untuk dunia yang akan diperolehnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya tersebut sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”(HR. Bukhari and Muslim)
Rasulullah saw mengeluarkan hadis di atas (asbab al-wurud)- nya ialah untuk menjawab pertanyaan salah seorang sahabat berkenaan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Makkah ke Madinah yang diikuti oleh sebagian besar pejabat. Dalam hijrah itu ada seorang laki-laki yang juga turut hijrah. Akan tetapi, niatnya bukan untuk kepentingan perjuagan Islam, melainkan untuk hendak menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Wanita itu rupanya sudah bertekad untuk turrut hijrah, sedangkan laki-laki tersebut pada mulanya memilih tinggal di Makkah. Ummu Qais hanya bersedia dikawini di tempat tujuan hijrahnya Rasullah yakni Madinah , sehingga laki-laki itu pun turut hijrah ke Madinah.Ketika peristiwa itu ditanyakan kepada Rasulullah saw, apakah hijrah dengann motif itu diterima atau tidak, Rasulullah menjawab secara umum seperti yang telah disebutkan pada hadis di atas.
Niat berperan penting dalam ajaran Islam, khusunya dalam perbuatan yang berdasarkan perintah syara’ atau menurut sebagian Ulama merupakan sebuah perbuatan yang mengandung harapan untuk mendapat pahala dari Allah SWT. Niat akan menentukan nilai, kualitas, serta hasilnya, yakni pahala yang akan diperolehnya.
Orang yang berhijrah dengan niat ingin mendapatan keuntungan dunia atau ingin mengawini seorang wanita, ia tidak akan medapatkan pahala dari Allah SWT. Sebaliknya, jika seseorang hijrah karena ingin mendapatkan ridha dari Allah SWT, maka ia akan mendapatkannya, bahkan keuntungan duniapun akan diraihnya. Sebenarnya, hijrah yang dimaksud pada hadis diatas adalah berhijrah dari Makkah ke Madinah, karena pada saat itu penduduk Makkah tidak merespon lagi dakwah Nabi, bahkan mereka ingin mencelakakan Nabi dan Umat slam. Akan tetapi, setelah Islam jaya, hijrah tersebut lebih tepat diartikan sebagai perpindahan dari kemungkaran atau kebatilan kepada yang hak. Namun demikian, niat tetap saja sangat berperan dalam menentukan berpahala atau tidaknya setiap hijrah, dalam berbagai bentuknya.
Para Ulama telah sepakat, bahwa niat itu sangat penting dalam menentukan sahnya suatu ibadah. Niat termasuk rukun pertama dalam setiap melakukan ibadah. Tidaklah sah suatu ibadah, seperti shalat, puasa, zakat maupun haji dan lain-lain, jika dilakukan tanpa niat atau dengan niat yang salah.
Setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan, jika niatnya baik (ikhlas) maka yang dia terima adalah kebaikan dari Allah dan jika niatnya tidak baik, maka dia tidak akan menerima kebaikan dari Allah.
b. Riya’ Bagian Dari Syirik Kecil
« أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر » ، فسئل عنه ؟ فقال : « الرياء » (رواه الطبراني و أحمد والبغاوي في الشرح السنة)
Rasulullah` bersabdah: yang paling aku takuti atas kalian adalah syirik kecil. Mereka bertanya, ‘wahai rasulullah, apakah syirik kecil itu ? ‘beliau menjawab,’yaitu riya’.”(HR. Ahmad,Ath-Thabrani, dan Baghawi dalam syarhus-sunnah)
Dalam riwayat Imam Ahmad, ketika manusia sedang dikasih pahala, Allah berkata pada pelaku ria’: pergilag kalian pada orang yang dulu di dunia melihatmu, maka lihatlah apakah kamu mendapatkan balasan darinya.
Akan tetapi riya’ suatu sa’at bisa menjadi kufur akbar tergantung kondisi pelakunya. Riya’ bisa jadi kufur akbar apabila seseorang itu masuk agama atas dasar riya’ dan nifak, dia masuk islam bukan dilandasi dengan keimanan dan kecintaan, maka hukumnya berubah
“Dari Amir al-Mukminin,Abu Hafs Umar bin Khattab r.a bin Nufail bin Abd al-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Riyah bin Adi Ka’ab bin luay bin Ghalib al-Quraiys al-Adawi berkata,”Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya sahnya amal itu tergantung dengan niat. Setiap orang akan memperoleh dari apa yang diniatkannya. Jika seseorang itu hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya tersebut diterima oleh Allah dan Rasul. Namun, jika hijrahnya itu untuk dunia yang akan diperolehnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya tersebut sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”(HR. Bukhari and Muslim)
Rasulullah saw mengeluarkan hadis di atas (asbab al-wurud)- nya ialah untuk menjawab pertanyaan salah seorang sahabat berkenaan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Makkah ke Madinah yang diikuti oleh sebagian besar pejabat. Dalam hijrah itu ada seorang laki-laki yang juga turut hijrah. Akan tetapi, niatnya bukan untuk kepentingan perjuagan Islam, melainkan untuk hendak menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Wanita itu rupanya sudah bertekad untuk turrut hijrah, sedangkan laki-laki tersebut pada mulanya memilih tinggal di Makkah. Ummu Qais hanya bersedia dikawini di tempat tujuan hijrahnya Rasullah yakni Madinah , sehingga laki-laki itu pun turut hijrah ke Madinah.Ketika peristiwa itu ditanyakan kepada Rasulullah saw, apakah hijrah dengann motif itu diterima atau tidak, Rasulullah menjawab secara umum seperti yang telah disebutkan pada hadis di atas.
Niat berperan penting dalam ajaran Islam, khusunya dalam perbuatan yang berdasarkan perintah syara’ atau menurut sebagian Ulama merupakan sebuah perbuatan yang mengandung harapan untuk mendapat pahala dari Allah SWT. Niat akan menentukan nilai, kualitas, serta hasilnya, yakni pahala yang akan diperolehnya.
Orang yang berhijrah dengan niat ingin mendapatan keuntungan dunia atau ingin mengawini seorang wanita, ia tidak akan medapatkan pahala dari Allah SWT. Sebaliknya, jika seseorang hijrah karena ingin mendapatkan ridha dari Allah SWT, maka ia akan mendapatkannya, bahkan keuntungan duniapun akan diraihnya. Sebenarnya, hijrah yang dimaksud pada hadis diatas adalah berhijrah dari Makkah ke Madinah, karena pada saat itu penduduk Makkah tidak merespon lagi dakwah Nabi, bahkan mereka ingin mencelakakan Nabi dan Umat slam. Akan tetapi, setelah Islam jaya, hijrah tersebut lebih tepat diartikan sebagai perpindahan dari kemungkaran atau kebatilan kepada yang hak. Namun demikian, niat tetap saja sangat berperan dalam menentukan berpahala atau tidaknya setiap hijrah, dalam berbagai bentuknya.
Para Ulama telah sepakat, bahwa niat itu sangat penting dalam menentukan sahnya suatu ibadah. Niat termasuk rukun pertama dalam setiap melakukan ibadah. Tidaklah sah suatu ibadah, seperti shalat, puasa, zakat maupun haji dan lain-lain,
b. Riya’ Bagian Dari Syirik Kecil
« أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر » ، فسئل عنه ؟ فالرياء » (رواه الطبراني و أحمد والبغاوي فيالشرح السنة)
Rasulullah` bersabdah: yang paling aku takuti atas kalian adalah syirik kecil. Mereka bertanya, ‘wahai rasulullah, apakah syirik kecil itu ? ‘beliau menjawab,’yaitu riya’.”(HR. Ahmad,Ath-Thabrani, dan Baghawi dalam syarhus-sunnah)
Dalam riwayat Imam Ahmad, ketika manusia sedang dikasih pahala, Allah berkata pada pelaku ria’: pergilah kalian pada orang yang dulu di dunia melihatmu, maka lihatlah apakah kamu mendapatkan balasan darinya.
Akan tetapi riya’ suatu sa’at bisa menjadi kufur akbar tergantung kondisi pelakunya. Riya’ bisa jadi kufur akbar apabila seseorang itu masuk agama atas dasar riya’ dan nifak, dia masuk islam bukan dilandasi dengan keimanan dan kecintaan, maka yg dia trima adalah kebaikan dari Allah jika niat tidak baik maka dia tidak akan menerima kebaikan dri Allah
c. Riya’ lebih Rasullah takutkan daripada kedatangannya dajjal
وعن أبي سعيد مرفوعا : « ألا أخبركم بما هو أخوف عليكم عندي من المسيح الدجال ؟ ” قالوا : بلى يا رسول الله قال : ” الشرك الخفي : يقوم الرجل فيصلي فيزين صلاته ، لما يرى من نظر رجل » رواه أحمد
Dari abi said rasulullah bersabda : maukah kuberitahukan padamu tentang sesuatu yang paling aku takutkan dari fitnah dajjal? Para shahabat menjawab,iya wahai rasulullah. Rasulullah bersabda:” syirik yang tersembunyi, seseorang bangkit untuk melaksanakan sholatnya karena ia tahu ada seseorang yang memperhatikannya. (HR, Ahmad)
Penjelasan :
· Apabila seorang hamba beramal hanya ingin dilihat manusia, kemudian dia melaksanakannya maka amalannya terhapus, dan ini termasuk pada syirik kecik ditakutkan akan nerubah menjadi syirik besar.
Apabila seorang hamba beramal ingin mengharap Allah dan supaya dilihat manusia, dan dia tidak ingin melepas perasaan riayak dalam hatinya maka amalannya akan batal.
· Yang terakhir, apabila seorang hamba beramal ingin mengharap Allah saja, kemudian dia mencampuri riya’ dalam pertengahan amalnya, maka keikhlasannya tidak akan rusak dia tetap mendapatkan pahala, akan tetapi dia dinamakan lemah iman, dikarenakan dalam hatinya masih timbul rasa riya’.
d. Neraka Adalah Balasan untuk Riya’
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ اَوَّلَ اَلنَّاسِ يَقْضِيُ عَلًيْهِ يَوْمَالْقِيَامَةِ رَجُلٌ اِسْتَشْهَدَ فِى سَبِيْلِ اللهِ فَاءَتَى بِهِ فَعَرَفَهُ نِعْمُهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ : فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اَشْهَدَ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هًوَ جَرِى. وَ قَدْ قِيْلَ : ثًمَّ اَمَرَبِهِ فَسَحَبَ عَلَى وَجْحِهِ حَتَّى اَلْقَى فِى النَّارِ. وَسَعَ اللهُ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْنَافِ اْلمَالِ فَاءَتَى بِهِ فَعَرَفَهُ نِعْمُهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ مِنْهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ اَنْ يُنْفِقَ فِيْهَا اِلَّا اَنْفَقْتُ فِيْهَالَكَ. قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيْقَالَ هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيْلَ ثُّمَّ اَمَرَ بِهِسَحَبَعَلوَجْحِهِ حَتَّى اَلْقَى فِى النَّارِ. وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ َ
MARI KITA MENYIMAK BERSAMA
Bismillah....Bukan pahala di kejarkan di setiap ibadahnya yang wajib dilaksanakan..selain puasa dan lain-lainnya (membutuhkan)kena laksanakan tanpa alasan, kalau nak pahala berbuatlah segala kebajikan kebaikan(ibadah yang tak di lakukan tak dapat dosa jika niat betul iklas nak buat baik dapatlah ape yang dikatakan imbalannya iaitu pahala) di jalan Allah melakukan kebaikan kepada smua makhluk ciptaannya dengan iklas di hati tanpa keluar pkataan aku iklas di mulut sahaja tidak dihati juga di kira kat akhirat, tmsuk bebuat baik kepada tumbuhan haiwan dan segala di muka bumi ini dengan tidak merosakan ciptaannya maka berbuat baik di balas baik(pahala)berbuat kejahatan(buat baik niat tak betul)di balas(dosa) Oleh demikian iklaskah kita beribadah iaitu melaksanakan solat,puasa zakat dll? (ibadah wajib)dengan pecipta jika memikirkan (imbalan atau pahala semata)dan yakinkah apa yang dikerjakn itu betul dan yakinkah solat dan segala ibadahnya itu betul yakin dan khusyuk kah kita ini semasa di dalam mengerjakan solat? Dan yakinkah ibadah kita di terima atau di tolak bagaimana?ibadah yang wajib itu adalah perintahnya yang wajib kena buat(tak buat ibadah wajib dapat dosa dan kalau buat dapat kerahmatannya di dunia hingga ke akhirat)dengan niat melakukan kerana takut akan kemurkaan Allah akan perintahnya jika tak di laksanakan)tetapi rata-rata kita semua ini tersalah pegertian hanya fokus melakukan bukan kerana perintahnya tetapi kerana imbalan pahala sahaja(BELUM TENTU IBADAH KITA DITERIMA KERANA SEGALA KENIATAN BACAAN DAN KENA CUKUPKAN 5 WAKTU SEHARI SEMALAM,SOLAT KITA BELUM TENTU SEMPURNA,SOLAT KENA PAHAM MAKNA BACAAN,PERLUKAH KITA MENGHARAP PAHALA IBADAH INI UNTUK KESYURGANYA JIKA MELAKUKAN BUKAN KERANA ALLAH TETAPI KERANA PAHALANYA IMBALAN MENGERJAKAN)MARI LAH PERBETULKAN KENIATAN MEGERJAKAN IBADAHNYA KERANA WAJIB MELAKUKAN IBADAHNYA KERANA ALLAH TAALA! justeru itu tanpa lagsung mahu mengerjakan suruhannya iaitu pahala dari kebajikan kita kepada alam semesta dan kpada manusia tumbuhan dan haiwan(buat baik di balas baik(pahala) dan buat jahat di balas jahat(dosa) 🔜 #PAHALA DARI PERBUATAN BAIK INI LAH YANG PATUT KITA HARAPKAN DAN KUMPULKAN SEBANYAK MUNGKIN UNTUK BEKALAN DARI DUNIA SEMENTARA DAN AKHIRAT YANG NYATA#🔚. sedangkan bacaan di dalam solat dan bacaan alquran juga di nilai sebutannya yakin kita itu mendapat sepenuh pahalanya?Nak Allah dengan Allah,solat itu kita nak jumpa Allah,nak (syurga Allah) kena dengan Allah ..maka berbuatlah ibadahnya dengan niat wajib(membutuhkan)pasti tiada kemalasan untuk meninggalkan ibadah wajib itu adalah perintahnya,suruhanya berbuatlah hanya kebaikan(imbalan pahala yang nak di bawa ke alam akhirat kalau dilakukan dan sebaliknya tak nak melakukan tak berdosa tetapi mungkin akan merugikan diri sendiri sedangkan kita semua ini manusia biasa tidak terkecuali berbuat dosa dan pendosa)segala timbangan amalan dosa pahala akan di tolak ditambah...yakinkah dan cukupkah pahala kita buat di dunia ini yang nak kita bawa kesana?hanya mengharapkan pahala dari solat dan puasa sahaja sudah mencukupi? terpikirkah kita hanya bekalan pahala dari ibadah yg diperintahkan sahaja yang di ambil kirakan?BELUM TENTU KITA DAPAT PAHALA SEPENUHNYA..bagaimana apapun mintalah kepada sang maha agung untuk memberikan laluan dan di bukakan jalan-jalannya untuk kita ke arah kebaikan dan tidak kita tersesat di jalannya kerana tiap kebaikan yang nak di lakukan pasti ada halangan dari syaitan dan iblis menyesatkan, berdoaalah supaya kita kuat untuk menepis dengan kuat (BEZIKIR)dan berdoa pada Allah di lindungi dari ikutannya...janji syaitan dan iblis pada Allah akan menggangu anak cucu adam ke arah kesesatan...maka jangan terlalu menyalahkan syaitan dan iblis hingga menjerumuskan kita ke lembah durjanaan...itu kerja dia janji dia pada Allah...maka janji kita dan Kerja kita pada Allah itu kita yang patut laksanakan..
Riya' dalam Ayat Al-qur'an dan Hadits
RIYA
1. Ayat Al-Qur’an Tentang Riya’
A. Qs An-Nisa’ : 142
Artinya : Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (Q.s An-Nahl : 142)
Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani Para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu.
Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.
B. Qs Al-Kaahfi : 110
Artinya : Katakanlah_ Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya" (q.s. Al-kahfi : 110)
Penjelasan : Masalah yang penting sekali, yaitu : pernyataan bahwa amal shalih apabila dicampuri dengan sesuatu yang bukan karena Allah, maka tidak akan diterima oleh Allah Tabaroka wata’ala.
Hal itu disebabkan karena Allah Subhanahu wata’ala adalah sembahan yang sangat menolak perbuatan syirik karena sifat ke Maha cukupanNya. Sebab yang lain adalah karena Allah Subhanahu wata’ala adalah sekutu yang terbaik.
C. Qs Al-Maa’un : 4-7
Artinya : Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
Penjelasan : Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat.
D. Qs Al-Baqarah : 264
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Penjelasan : Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.
E. Qs Ali Imran : 135
Artinya : Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Penjelasan : Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.
2. Hadits Tentang Riya
a. Niat
عَنْ اَمِيْرِ اْلمُؤْمِنِيْنَ اَبِى حَفْصٍ عُمَرَبْنِ اْلخَطَابِ بْنِ نُفِيْلِ بْنِ عَبْدِ اْلعُزى بْنِ رِيَاحِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ قُرْطِ بْنِ رَزَاحٍ بْنِ كَعْبِ بْنِ لُؤَيِ بْنِ غَالِبِ اْلقُرَيْشِيِ اْلعَدَوِيِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَل اللهُ عَلَيْهِ وَسَلمَ يَقُوْلُ اِنمَا
اْلَاعْمَلُ بِا النِيَاتِ وَاِنمَا لِكُلِ امْرِئٍ مَانَوَى وَمَنْ كَانَتْ
“Dari Amir al-Mukminin,Abu Hafs Umar bin Khattab r.a bin Nufail bin Abd al-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Riyah bin Adi Ka’ab bin luay bin Ghalib al-Quraiys al-Adawi berkata,”Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya sahnya amal itu tergantung dengan niat. Setiap orang akan memperoleh dari apa yang diniatkannya. Jika seseorang itu hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya tersebut diterima oleh Allah dan Rasul. Namun, jika hijrahnya itu untuk dunia yang akan diperolehnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya tersebut sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”(HR. Bukhari and Muslim)
Rasulullah saw mengeluarkan hadis di atas (asbab al-wurud)- nya ialah untuk menjawab pertanyaan salah seorang sahabat berkenaan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Makkah ke Madinah yang diikuti oleh sebagian besar pejabat. Dalam hijrah itu ada seorang laki-laki yang juga turut hijrah. Akan tetapi, niatnya bukan untuk kepentingan perjuagan Islam, melainkan untuk hendak menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Wanita itu rupanya sudah bertekad untuk turrut hijrah, sedangkan laki-laki tersebut pada mulanya memilih tinggal di Makkah. Ummu Qais hanya bersedia dikawini di tempat tujuan hijrahnya Rasullah yakni Madinah , sehingga laki-laki itu pun turut hijrah ke Madinah.Ketika peristiwa itu ditanyakan kepada Rasulullah saw, apakah hijrah dengann motif itu diterima atau tidak, Rasulullah menjawab secara umum seperti yang telah disebutkan pada hadis di atas.
Niat berperan penting dalam ajaran Islam, khusunya dalam perbuatan yang berdasarkan perintah syara’ atau menurut sebagian Ulama merupakan sebuah perbuatan yang mengandung harapan untuk mendapat pahala dari Allah SWT. Niat akan menentukan nilai, kualitas, serta hasilnya, yakni pahala yang akan diperolehnya.
Orang yang berhijrah dengan niat ingin mendapatan keuntungan dunia atau ingin mengawini seorang wanita, ia tidak akan medapatkan pahala dari Allah SWT. Sebaliknya, jika seseorang hijrah karena ingin mendapatkan ridha dari Allah SWT, maka ia akan mendapatkannya, bahkan keuntungan duniapun akan diraihnya. Sebenarnya, hijrah yang dimaksud pada hadis diatas adalah berhijrah dari Makkah ke Madinah, karena pada saat itu penduduk Makkah tidak merespon lagi dakwah Nabi, bahkan mereka ingin mencelakakan Nabi dan Umat slam. Akan tetapi, setelah Islam jaya, hijrah tersebut lebih tepat diartikan sebagai perpindahan dari kemungkaran atau kebatilan kepada yang hak. Namun demikian, niat tetap saja sangat berperan dalam menentukan berpahala atau tidaknya setiap hijrah, dalam berbagai bentuknya.
Para Ulama telah sepakat, bahwa niat itu sangat penting dalam menentukan sahnya suatu ibadah. Niat termasuk rukun pertama dalam setiap melakukan ibadah. Tidaklah sah suatu ibadah, seperti shalat, puasa, zakat maupun haji dan lain-lain, jika dilakukan tanpa niat atau dengan niat yang salah.
Setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan, jika niatnya baik (ikhlas) maka yang dia terima adalah kebaikan dari Allah dan jika niatnya tidak baik, maka dia tidak akan menerima kebaikan dari Allah.
b. Riya’ Bagian Dari Syirik Kecil
« أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر » ، فسئل عنه ؟ فقال : « الرياء » (رواه الطبراني و أحمد والبغاوي في الشرح السنة)
Rasulullah` bersabdah: yang paling aku takuti atas kalian adalah syirik kecil. Mereka bertanya, ‘wahai rasulullah, apakah syirik kecil itu ? ‘beliau menjawab,’yaitu riya’.”(HR. Ahmad,Ath-Thabrani, dan Baghawi dalam syarhus-sunnah)
Dalam riwayat Imam Ahmad, ketika manusia sedang dikasih pahala, Allah berkata pada pelaku ria’: pergilag kalian pada orang yang dulu di dunia melihatmu, maka lihatlah apakah kamu mendapatkan balasan darinya.
Akan tetapi riya’ suatu sa’at bisa menjadi kufur akbar tergantung kondisi pelakunya. Riya’ bisa jadi kufur akbar apabila seseorang itu masuk agama atas dasar riya’ dan nifak, dia masuk islam bukan dilandasi dengan keimanan dan kecintaan, maka hukumnya berubah
“Dari Amir al-Mukminin,Abu Hafs Umar bin Khattab r.a bin Nufail bin Abd al-Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurt bin Riyah bin Adi Ka’ab bin luay bin Ghalib al-Quraiys al-Adawi berkata,”Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya sahnya amal itu tergantung dengan niat. Setiap orang akan memperoleh dari apa yang diniatkannya. Jika seseorang itu hijrah untuk Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya tersebut diterima oleh Allah dan Rasul. Namun, jika hijrahnya itu untuk dunia yang akan diperolehnya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya tersebut sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”(HR. Bukhari and Muslim)
Rasulullah saw mengeluarkan hadis di atas (asbab al-wurud)- nya ialah untuk menjawab pertanyaan salah seorang sahabat berkenaan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Makkah ke Madinah yang diikuti oleh sebagian besar pejabat. Dalam hijrah itu ada seorang laki-laki yang juga turut hijrah. Akan tetapi, niatnya bukan untuk kepentingan perjuagan Islam, melainkan untuk hendak menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Wanita itu rupanya sudah bertekad untuk turrut hijrah, sedangkan laki-laki tersebut pada mulanya memilih tinggal di Makkah. Ummu Qais hanya bersedia dikawini di tempat tujuan hijrahnya Rasullah yakni Madinah , sehingga laki-laki itu pun turut hijrah ke Madinah.Ketika peristiwa itu ditanyakan kepada Rasulullah saw, apakah hijrah dengann motif itu diterima atau tidak, Rasulullah menjawab secara umum seperti yang telah disebutkan pada hadis di atas.
Niat berperan penting dalam ajaran Islam, khusunya dalam perbuatan yang berdasarkan perintah syara’ atau menurut sebagian Ulama merupakan sebuah perbuatan yang mengandung harapan untuk mendapat pahala dari Allah SWT. Niat akan menentukan nilai, kualitas, serta hasilnya, yakni pahala yang akan diperolehnya.
Orang yang berhijrah dengan niat ingin mendapatan keuntungan dunia atau ingin mengawini seorang wanita, ia tidak akan medapatkan pahala dari Allah SWT. Sebaliknya, jika seseorang hijrah karena ingin mendapatkan ridha dari Allah SWT, maka ia akan mendapatkannya, bahkan keuntungan duniapun akan diraihnya. Sebenarnya, hijrah yang dimaksud pada hadis diatas adalah berhijrah dari Makkah ke Madinah, karena pada saat itu penduduk Makkah tidak merespon lagi dakwah Nabi, bahkan mereka ingin mencelakakan Nabi dan Umat slam. Akan tetapi, setelah Islam jaya, hijrah tersebut lebih tepat diartikan sebagai perpindahan dari kemungkaran atau kebatilan kepada yang hak. Namun demikian, niat tetap saja sangat berperan dalam menentukan berpahala atau tidaknya setiap hijrah, dalam berbagai bentuknya.
Para Ulama telah sepakat, bahwa niat itu sangat penting dalam menentukan sahnya suatu ibadah. Niat termasuk rukun pertama dalam setiap melakukan ibadah. Tidaklah sah suatu ibadah, seperti shalat, puasa, zakat maupun haji dan lain-lain,
b. Riya’ Bagian Dari Syirik Kecil
« أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر » ، فسئل عنه ؟ فالرياء » (رواه الطبراني و أحمد والبغاوي فيالشرح السنة)
Rasulullah` bersabdah: yang paling aku takuti atas kalian adalah syirik kecil. Mereka bertanya, ‘wahai rasulullah, apakah syirik kecil itu ? ‘beliau menjawab,’yaitu riya’.”(HR. Ahmad,Ath-Thabrani, dan Baghawi dalam syarhus-sunnah)
Dalam riwayat Imam Ahmad, ketika manusia sedang dikasih pahala, Allah berkata pada pelaku ria’: pergilah kalian pada orang yang dulu di dunia melihatmu, maka lihatlah apakah kamu mendapatkan balasan darinya.
Akan tetapi riya’ suatu sa’at bisa menjadi kufur akbar tergantung kondisi pelakunya. Riya’ bisa jadi kufur akbar apabila seseorang itu masuk agama atas dasar riya’ dan nifak, dia masuk islam bukan dilandasi dengan keimanan dan kecintaan, maka yg dia trima adalah kebaikan dari Allah jika niat tidak baik maka dia tidak akan menerima kebaikan dri Allah
c. Riya’ lebih Rasullah takutkan daripada kedatangannya dajjal
وعن أبي سعيد مرفوعا : « ألا أخبركم بما هو أخوف عليكم عندي من المسيح الدجال ؟ ” قالوا : بلى يا رسول الله قال : ” الشرك الخفي : يقوم الرجل فيصلي فيزين صلاته ، لما يرى من نظر رجل » رواه أحمد
Dari abi said rasulullah bersabda : maukah kuberitahukan padamu tentang sesuatu yang paling aku takutkan dari fitnah dajjal? Para shahabat menjawab,iya wahai rasulullah. Rasulullah bersabda:” syirik yang tersembunyi, seseorang bangkit untuk melaksanakan sholatnya karena ia tahu ada seseorang yang memperhatikannya. (HR, Ahmad)
Penjelasan :
· Apabila seorang hamba beramal hanya ingin dilihat manusia, kemudian dia melaksanakannya maka amalannya terhapus, dan ini termasuk pada syirik kecik ditakutkan akan nerubah menjadi syirik besar.
Apabila seorang hamba beramal ingin mengharap Allah dan supaya dilihat manusia, dan dia tidak ingin melepas perasaan riayak dalam hatinya maka amalannya akan batal.
· Yang terakhir, apabila seorang hamba beramal ingin mengharap Allah saja, kemudian dia mencampuri riya’ dalam pertengahan amalnya, maka keikhlasannya tidak akan rusak dia tetap mendapatkan pahala, akan tetapi dia dinamakan lemah iman, dikarenakan dalam hatinya masih timbul rasa riya’.
d. Neraka Adalah Balasan untuk Riya’
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ اَوَّلَ اَلنَّاسِ يَقْضِيُ عَلًيْهِ يَوْمَالْقِيَامَةِ رَجُلٌ اِسْتَشْهَدَ فِى سَبِيْلِ اللهِ فَاءَتَى بِهِ فَعَرَفَهُ نِعْمُهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ : فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اَشْهَدَ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هًوَ جَرِى. وَ قَدْ قِيْلَ : ثًمَّ اَمَرَبِهِ فَسَحَبَ عَلَى وَجْحِهِ حَتَّى اَلْقَى فِى النَّارِ. وَسَعَ اللهُ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْنَافِ اْلمَالِ فَاءَتَى بِهِ فَعَرَفَهُ نِعْمُهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ مِنْهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ اَنْ يُنْفِقَ فِيْهَا اِلَّا اَنْفَقْتُ فِيْهَالَكَ. قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيْقَالَ هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيْلَ ثُّمَّ اَمَرَ بِهِسَحَبَعَلوَجْحِهِ حَتَّى اَلْقَى فِى النَّارِ. وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ َ
Ulasan
Catat Ulasan